SAK Vs IFRS: Pahami Perbedaannya

by Jhon Lennon 33 views

Oke guys, pernah nggak sih kalian denger istilah SAK dan IFRS pas lagi ngomongin soal akuntansi? Buat kalian yang berkecimpung di dunia bisnis atau keuangan, pasti udah nggak asing lagi dong? Tapi, buat yang baru belajar atau sekadar penasaran, mungkin agak bingung ya bedanya apa? Nah, di artikel kali ini, kita bakal kupas tuntas soal perbedaan SAK dan IFRS ini biar kalian semua makin paham. Siap? Langsung aja kita mulai!

Mengenal Lebih Dekat: Apa Itu SAK dan IFRS?

Sebelum kita masuk ke perbedaan intinya, yuk kita kenalan dulu sama dua 'tokoh' utama kita ini. SAK itu singkatan dari Standar Akuntansi Keuangan. Di Indonesia, SAK ini adalah panduan utama yang harus diikuti oleh semua entitas dalam menyusun laporan keuangannya. Tujuannya apa sih? Ya biar laporan keuangan kita itu standar, teratur, dan gampang dibaca sama siapa aja, baik itu investor, kreditur, pemerintah, atau bahkan kamu sendiri yang punya bisnis. Ibaratnya, SAK ini adalah 'bahasa' universal akuntansi di Indonesia. Penting banget kan? Nah, kalau IFRS, kepanjangan dari International Financial Reporting Standards. Sesuai namanya, ini adalah standar akuntansi yang berlaku secara internasional. Jadi, kalau SAK itu buat Indonesia, IFRS itu buat dunia. Banyak negara di luar sana yang udah mengadopsi atau bahkan menggunakan IFRS sebagai standar akuntansi mereka. Kenapa penting IFRS ini? Karena dengan standar yang sama di berbagai negara, memudahkan banget buat perbandingan laporan keuangan antar perusahaan dari negara yang berbeda. Bayangin aja kalau tiap negara punya aturan sendiri, bakal ribet banget kan buat investor global yang mau nanem modal di banyak negara? Nah, IFRS ini hadir untuk mengatasi masalah itu. Jadi, intinya SAK itu adalah standar akuntansi yang berlaku di Indonesia, sementara IFRS itu adalah standar akuntansi internasional.

Perbedaan Mendasar SAK dan IFRS: Mari Kita Bedah Satu per Satu!

Nah, sekarang kita masuk ke bagian yang paling ditunggu-tunggu: perbedaan SAK dan IFRS. Meskipun SAK Indonesia itu banyak mengadopsi dari IFRS, bukan berarti keduanya sama persis ya, guys. Ada aja nih beberapa perbedaan yang perlu kita perhatikan. Salah satu perbedaan yang paling kentara itu terletak pada cakupan dan tingkat kerinciannya. IFRS itu cenderung lebih luas cakupannya dan seringkali memberikan prinsip yang lebih umum. Artinya, IFRS itu memberikan kerangka kerja yang lebih luas, dan entitas perlu menggunakan judgement atau pertimbangan profesional yang lebih dalam untuk menerapkannya pada situasi spesifik mereka. Beda sama SAK, terutama SAK yang ditujukan untuk entitas yang lebih kecil atau UMKM, itu seringkali memberikan panduan yang lebih spesifik dan detail. Tujuannya biar lebih mudah diterapkan oleh entitas yang mungkin sumber daya akuntansinya terbatas. Jadi, bisa dibilang IFRS itu lebih high-level dan butuh interpretasi lebih, sementara SAK bisa lebih prescriptive atau memberikan arahan yang lebih jelas, tergantung jenis SAK-nya ya. Perbedaan lain yang cukup signifikan adalah pada perlakuan akuntansi untuk beberapa item tertentu. Misalnya, ada lho beberapa transaksi atau kejadian ekonomi yang mungkin diatur berbeda antara IFRS dan SAK. Contohnya, terkait pengakuan pendapatan, biaya sewa, atau bahkan investasi. Standar yang berbeda ini bisa menghasilkan angka yang berbeda juga di laporan keuangan. Makanya, penting banget buat kita memahami perbedaan spesifik ini biar nggak salah tafsir saat membaca atau menyusun laporan keuangan. Nggak cuma itu, perbedaan juga bisa muncul dari periode efektif penerapan standar baru. Kadang, IFRS merilis standar baru, dan Indonesia, melalui DSAK IFRS (Dewan Standar Akuntansi Keuangan Ikatan Akuntan Indonesia), akan merespon dan mengadopsi standar tersebut ke dalam SAK. Nah, proses adopsi ini kan butuh waktu, jadi mungkin ada jeda antara kapan standar baru itu berlaku di internasional dan kapan dia mulai diadopsi dan berlaku di Indonesia dalam SAK. Jadi, meski tujuannya sama-sama menghasilkan laporan keuangan yang berkualitas, proses pengembangan dan adopsi standar ini yang juga bisa menciptakan celah perbedaan.

SAK di Indonesia: Beragam Jenis untuk Beragam Kebutuhan

Ngomongin soal SAK, guys, penting banget buat kalian tau kalau di Indonesia itu nggak cuma ada satu jenis SAK aja lho. SAK itu terbagi-bagi jadi beberapa jenis yang disesuaikan sama kebutuhan pelaporan entitas yang berbeda-beda. Ini tujuannya biar lebih relevan dan praktis. Yuk, kita bedah satu per satu jenis-jenis SAK yang ada: Yang pertama dan yang paling utama, ada SAK Umum atau SAK Berbasis IFRS. Nah, ini dia SAK yang paling mendekati IFRS. Standar ini digunakan oleh entitas yang punya akuntabilitas publik yang signifikan, kayak perusahaan terbuka, bank, asuransi, dan perusahaan besar lainnya. Kenapa pakai yang berbasis IFRS? Biar laporan keuangannya mudah diperbandingkan dengan perusahaan global dan memenuhi kebutuhan investor internasional. Jadi, kalau kamu kerja di perusahaan besar atau perusahaan yang mau go public, kemungkinan besar kamu akan berurusan sama SAK yang satu ini. Kemudian, ada SAK Entitas Privat (SAK EP). Ini standar yang baru aja diperkenalkan untuk menggantikan SAK Etap (Standar Akuntansi Keuangan untuk Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik). SAK EP ini ditujukan buat entitas yang nggak punya akuntabilitas publik yang signifikan dan menerbitkan laporan keuangan untuk tujuan umum bagi pengguna eksternal. Tujuannya SAK EP ini biar lebih sederhana dan mudah diterapkan buat perusahaan-perusahaan swasta yang ukurannya nggak terlalu besar. Jadi, nggak perlu repot-repot ngikutin semua detail yang ada di SAK berbasis IFRS. Selanjutnya, ada juga SAK untuk UMKM (Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah). Sesuai namanya, standar ini memang dirancang khusus buat para pelaku UMKM. Kita tau kan, UMKM itu tulang punggung ekonomi Indonesia, tapi seringkali mereka punya keterbatasan sumber daya, baik dari sisi SDM maupun keuangan. Nah, SAK UMKM ini memberikan persyaratan pengakuan, pengukuran, penyajian, dan pengungkapan yang lebih sederhana dan ringkas. Tujuannya jelas, biar pelaku UMKM bisa bikin laporan keuangan yang valid tanpa harus pusing tujuh keliling. Terakhir, ada juga SAK Syariah. Ini buat entitas yang melakukan transaksi berdasarkan prinsip-prinsip syariah, misalnya bank syariah, lembaga keuangan syariah, atau entitas lain yang beroperasi sesuai prinsip syariah. Tentu aja, standar ini akan punya aturan dan panduan khusus yang berbeda dari SAK konvensional. Jadi, melihat keragaman SAK ini, penting banget buat kamu mengidentifikasi jenis entitasmu dan memilih SAK yang paling sesuai. Salah pilih bisa bikin laporan keuanganmu jadi nggak valid atau bahkan menyesatkan lho! Makanya, pahami dulu kebutuhan dan skala bisnismu sebelum menentukan SAK mana yang akan kamu gunakan.

IFRS: Bahasa Universal Keuangan Global

Sekarang, mari kita geser fokus kita ke IFRS, sang standar akuntansi internasional yang jadi 'bahasa' para pebisnis di seluruh dunia. IFRS itu bukan cuma sekadar aturan, guys, tapi lebih ke sebuah framework atau kerangka kerja yang mendukung transparansi, akuntabilitas, dan efisiensi pasar modal global. Dengan adanya IFRS, investor dari Jepang bisa dengan mudah membandingkan kinerja perusahaan Indonesia dengan perusahaan di Amerika Serikat, karena mereka menggunakan 'bahasa' laporan keuangan yang sama. Keren, kan? Tujuan utama IFRS adalah untuk mengembangkan dan mempublikasikan satu set standar akuntansi berkualitas tinggi, dapat dimengerti, dan dapat ditegakkan di seluruh dunia. Ini meliputi standar yang berfokus pada kualitas dan prinsip, bukan sekadar aturan yang kaku. Artinya, IFRS mendorong para akuntan dan analis keuangan untuk menggunakan penilaian profesional mereka dalam menerapkan standar pada berbagai situasi yang kompleks. Pendekatan berbasis prinsip ini memang membutuhkan pemahaman yang mendalam dan judgement yang baik, tapi di situlah letak kekuatannya. IFRS itu terus berkembang lho, guys. International Accounting Standards Board (IASB), badan yang bertanggung jawab atas pengembangan IFRS, terus-menerus merevisi standar yang sudah ada dan menerbitkan standar baru untuk menjawab tantangan ekonomi global yang terus berubah. Perubahan ini penting agar IFRS tetap relevan dan up-to-date. Beberapa contoh area yang sering mengalami penyesuaian dalam IFRS antara lain pengakuan pendapatan (IFRS 15), sewa (IFRS 16), instrumen keuangan (IFRS 9), dan pelaporan segmen. Bagi perusahaan yang beroperasi secara internasional atau berencana untuk ekspansi global, menguasai IFRS itu hukumnya wajib. Ini bukan cuma soal kepatuhan, tapi juga soal membangun kepercayaan di mata investor dan mitra bisnis internasional. Laporan keuangan yang disusun sesuai IFRS cenderung lebih mudah diterima dan dipahami oleh pasar global. Jadi, kalau kamu punya ambisi bisnis yang mendunia, memahami seluk-beluk IFRS adalah investasi yang sangat berharga. Ini tentang bagaimana kita menyajikan informasi keuangan perusahaan kita agar terlihat profesional, transparan, dan menarik bagi investor dari seluruh penjuru dunia.

Kapan Harus Pakai SAK, Kapan Pakai IFRS? Ini Panduannya!

Nah, setelah kita ngobrol panjang lebar soal perbedaan SAK dan IFRS serta masing-masing keunggulannya, pertanyaan berikutnya adalah: terus, kapan dong kita harus pakai SAK, dan kapan kita harus merujuk ke IFRS? Sebenarnya, jawabannya udah sedikit ke-singgung di bagian sebelumnya, tapi mari kita perdalam lagi biar makin mantap. Secara umum, di Indonesia, kita mengacu pada SAK. Kenapa? Karena SAK adalah standar akuntansi yang diterbitkan oleh otoritas akuntansi di Indonesia (DSAK IFRS IAI) dan diwajibkan untuk digunakan oleh entitas yang beroperasi di Indonesia. Jadi, kalau kamu menjalankan bisnis atau bekerja di perusahaan yang berbasis di Indonesia, maka kewajiban utamamu adalah mengikuti SAK yang berlaku. Ingat kan tadi kita bahas ada berbagai jenis SAK? Nah, di sinilah pentingnya memilih SAK yang tepat sesuai jenis entitasmu: * * Untuk perusahaan besar, perusahaan terbuka, bank, asuransi, dan entitas lain yang punya akuntabilitas publik signifikan: Kamu wajib menggunakan SAK Berbasis IFRS. Kenapa? Karena standar ini diadopsi dari IFRS, sehingga laporan keuanganmu akan sesuai dengan standar internasional dan mudah dipahami oleh investor asing. Ini juga yang sering disebut sebagai 'IFRS' dalam praktik di Indonesia, meskipun sebenarnya adalah SAK yang mengadopsi IFRS. * Untuk perusahaan swasta yang tidak punya akuntabilitas publik signifikan: Kamu bisa menggunakan SAK Entitas Privat (SAK EP). Standar ini lebih sederhana dari SAK Berbasis IFRS, tapi tetap memberikan informasi yang memadai bagi pengguna laporan keuangan eksternal. * Untuk usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM): Gunakan SAK UMKM. Standar ini dirancang khusus agar mudah dan praktis diterapkan oleh para pelaku UMKM. * Untuk entitas yang beroperasi berdasarkan prinsip syariah: Tentu saja, gunakan SAK Syariah.

Lalu, kapan kita harus merujuk langsung ke IFRS? Nah, ada beberapa kondisi di mana IFRS menjadi sangat relevan, bahkan mungkin utama: * Saat Perusahaan Melakukan Ekspansi Internasional: Jika perusahaanmu berencana untuk ekspansi ke luar negeri, atau sudah beroperasi di beberapa negara, memahami dan menerapkan IFRS secara langsung (atau memastikan SAK Berbasis IFRS-mu sudah sangat selaras) akan sangat krusial. Ini untuk memastikan laporan keuanganmu diterima di pasar internasional dan memudahkan konsolidasi laporan keuangan dari berbagai negara. * Untuk Perusahaan yang Terdaftar di Bursa Efek Asing: Jika perusahaanmu ingin atau sudah terdaftar di bursa efek di luar negeri, maka kepatuhan terhadap IFRS (atau standar yang setara) biasanya menjadi syarat mutlak. * Dalam Analisis Investor Asing: Investor asing yang ingin menanamkan modal di perusahaan Indonesia mungkin akan lebih nyaman menganalisis laporan keuangan yang telah disesuaikan dengan IFRS atau setidaknya sangat selaras dengannya. Dalam kasus ini, SAK Berbasis IFRS adalah jawabannya. * Saat Ada Standar Baru yang Belum Sepenuhnya Diadopsi: Kadang, ada standar baru yang dirilis oleh IASB (badan pembuat IFRS). Jika standar tersebut belum sepenuhnya diadopsi ke dalam SAK Indonesia, namun situasinya relevan bagi perusahaanmu, kamu mungkin perlu mempelajari dan menerapkan prinsip-prinsip dalam IFRS tersebut sambil menunggu adopsi resminya ke SAK. Ini adalah area yang membutuhkan professional judgment yang tinggi.

Jadi, intinya, di Indonesia kita pakai SAK, tapi jenis SAK yang dipakai sangat bergantung pada skala dan jenis entitasmu. Sementara IFRS adalah standar internasional yang menjadi acuan utama bagi SAK Berbasis IFRS dan sangat relevan untuk perusahaan yang berorientasi global.

Kesimpulan: SAK dan IFRS Saling Melengkapi dalam Dunia Akuntansi

Jadi guys, setelah kita bedah tuntas perbedaan SAK dan IFRS, kita bisa simpulkan bahwa keduanya punya peran penting dalam dunia akuntansi, meskipun dengan fokus yang berbeda. SAK adalah standar akuntansi yang berlaku di Indonesia, yang dirancang untuk memenuhi kebutuhan pelaporan keuangan entitas di tanah air, mulai dari UMKM hingga perusahaan besar yang memiliki akuntabilitas publik. SAK sendiri terbagi dalam beberapa jenis, seperti SAK Umum (berbasis IFRS), SAK Entitas Privat, SAK UMKM, dan SAK Syariah, yang masing-masing memberikan panduan spesifik sesuai dengan karakteristik entitasnya. Di sisi lain, IFRS adalah standar akuntansi internasional yang bertujuan menciptakan bahasa akuntansi yang seragam di seluruh dunia, memfasilitasi perbandingan laporan keuangan antarnegara, dan mendukung transparansi pasar modal global. SAK Berbasis IFRS di Indonesia itu pada dasarnya adalah adopsi dari IFRS, yang berarti ia mengimplementasikan prinsip-prinsip dan kerangka kerja yang sama dengan IFRS internasional. Meskipun demikian, mungkin saja ada perbedaan kecil terkait waktu adopsi atau penyesuaian spesifik yang dilakukan oleh Indonesia. Perbedaan mendasar seringkali terletak pada tingkat kerincian; IFRS cenderung lebih prinsipil dan luas, membutuhkan judgement profesional yang lebih tinggi, sementara beberapa jenis SAK, terutama untuk UMKM, memberikan panduan yang lebih spesifik dan detail agar lebih mudah diterapkan. Kapan menggunakan yang mana? Di Indonesia, kewajiban utamamu adalah mengikuti SAK yang paling sesuai dengan jenis entitasmu. Namun, pemahaman mendalam tentang IFRS menjadi sangat penting bagi perusahaan yang beroperasi secara internasional, berencana ekspansi global, atau ingin menarik minat investor asing. Intinya, SAK dan IFRS itu bukan dua hal yang saling bertentangan, melainkan saling melengkapi. SAK mengadopsi prinsip-prinsip terbaik dari IFRS untuk kebutuhan lokal, sementara IFRS terus menjadi panduan global untuk praktik akuntansi terbaik. Dengan memahami perbedaan dan hubungan keduanya, kalian akan lebih percaya diri dalam menyusun dan menganalisis laporan keuangan, baik di kancah nasional maupun internasional. Semoga penjelasan ini bikin kalian makin paham ya!